Jakarta, rsa.or.id — Kehadiran jalan Tol Trans Jawa yang menghubungkan Jakarta hingga ke Surabaya menjadi pilihan masyarakat yang hendak mudik Lebaran tahun ini. Tersambungnya jalan tol secara penuh ini tentunya memudahkan masyarakat yang hendak mudik, khususnya yang menggunakan kendaraan pribadi.
Meski begitu, ada sejumlah catatan atau hal penting yang perlu diketahui para pemudik bila menggunakan jalur Trans Jawa ini. Apa saja yang perlu diketahui pemudik?
1. Hati-hati Pemalakan di Rest Area Palikanci
Pemudik yang berhenti di rest area jalan Tol Palimanan-Kanci diminta berhati-hati terhadap aksi premanisme. PT Jasa Marga Cabang Palikanci, Cirebon, Jawa Barat selaku pengelola pun telah berupaya mengantisipasi premanisme tersebut.
Deputi General Manager PT Jasa Marga Cabang Palikanci Zakaria mengatakan premanisme kepada pemudik menjadi perhatian serius. Premanisme terhadap pemudik itu umumnya berupa pemalakan.
Contohnya pemudik yang melaksanakan ibadah, lalu sandal atau sepatunya dipindah ke penitipan. Setelah beribadah, pemudik mengambil sandal atau sepatunya dengan mengeluarkan uang.
“Mereka bergantian dan setiap kelompok rata-rata bisa dapat Rp 1 juta dalam sehari. Kalau dibagi anggota kelompok bisa dapat Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu sehari,” kata dia di Kantor PT Jasa Marga Cabang Palikanci, Cirebon.
Untuk itu, kata Zakaria, pihaknya kini telah bekerja sama dengan menggandeng pelaku. Jasa Marga, kata dia, mempekerjakan pelaku dengan memberi bayaran yang sesuai upah minimum, agar tak ada lagi pemalakan yang merugikan para pemudik.
“Mereka tidak keberatan ditertibkan, hanya yang diperlukan adalah solusi bagi pendapatan mereka,” katanya.
Manajemen Jasa Marga tetap memperbolehkan mereka melakukan aktivitasmya tersebut. Namun, mereka tak boleh memungut biaya apapun dari para pemudik. Pemudik juga diimbau untuk tak memberikan apapun terhadap pekerja.
“Tetapi free dan mereka mendapatkan pendapatan dari Jasa Marga,” ujar dia.
Pihaknya juga merekrut warga untuk membantu membersihkan sampah di sekitar rest area.”Kami juga mengimbau agar pemudik juga tidak membuang sampah sembarangan,” jelasnya.
2. Puncak Mudik Ruas Batang-Semarang Diprediksi H-5
Puncak arus mudik di ruas tol Batang-Semarang diprediksi terjadi pada 31 Mei 2019 atau H-5 Lebaran. Jasa Marga Semarang-Batang (JSB) pun melakukan percepatan penyiapan infrastruktur untuk melayani para pemudik yang melintasi jalur tersebut.
Direktur Utama Jasa Marga Semarang-Batang Arie Irianto mengungkapkan, ruas tol Semarang ini baru pertama kali dilewati pemudik dengan status beroperasi penuh pada Lebaran nanti. Di mana, pada tahun lalu ruas tol ini masih berstatus fungsional saat mudik Lebaran.
“Untuk mudik, balik Lebaran jauh lebih baik, dulu kita masih fungsional, masih banyak yang rigid belum selesai. Alhamdulillah akhir tahun 2018 sudah beroperasi dan sudah dapat sertifikat laik operasi,” kata Arie di kantor Jasa Marga Semarang-Batang, Semarang.
Karenanya, kata Arie, pihaknya menyiapkan sebanyak 38 gardu pembayaran untuk melayani pemudik yang melintas di Gerbang Tol Kali Kangkung untuk memperlancar arus kendaraan. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan gardu eksisting sebanyak 13 gardu.
“Di ruas Semarang-Batang juga tersedia empat rest area yang bisa dimanfaatkan para pemudik. Baik di jalur A dari Jakarta, maupun di jalur B dari Semarang, masing-masing ada dua rest area,” kata Arie.
Selain itu, pihaknya juga menerjunkan petugas pembawa mobile reader yang akan mendatangi mobil-mobil pemudik saat akan masuk di Gerbang Tol Kali Kangkung.
“Untuk puncak arus mudik diperkirakan terjadi tanggal 31 Mei. Diperkirakan ada 55.000 kendaraan yang melintas di Gerbang Tol Kali Kangkung. Kalau untuk arus balik diperkirakan akan ada 47.000 kendaraan yang melintas,” katanya.
Lebih dari itu, Arie meminta kepada masyarakat yang hendak menggunakan jalan tol untuk mudik Lebaran nanti bisa mengisi uang elektroniknya. Hal itu diperlukan agar tak menghambat arus lalu lintas di gerbang tol.
“Jadi masyarakat harus pastikan kendaraan laik untuk digunakan, pengemudi juga fit, saldo e-money juga harus cukup. Kalau nggak cukup bakal menyusahkan orang-orang,” ujarnya.
3. Awas Kantuk di Ruas Ngawi-Kertosono
Ada yang harus diwaspadai saat pemudik melintas di tol Ngawi-Kertosono, baik dari arah Ngawi maupun sebaliknya. Ruas sepanjang 88 kilometer ini menjadi salah satu jalan yang paling sering terjadi kecelakaan lalu-lintas.
Dirut PT Jasa Marga Ngawi Kertosono Kediri, Iwan Moediatno mengungkapkan, ruas tol Ngawi-Kertosono menjadi titik lelah baik untuk perjalanan dari arah barat maupun timur.
“Karena kalau dari timur sudah terkuras di Semarang dan digenjot lagi di Solo, nah di Surabaya ke tempat kita. Kebetulan jalannya juga lurus, dan record kita, kita juara 1 dalam lalu-lintas kecelakaan. Kebanyakan tabrak belakang,” kata Iwan di Surabaya.
Iwan menjelaskan, kecelakaan biasanya terjadi karena kesalahan dan ketidakhati-hatian pengemudi sendiri. Yang menjadi faktor penyebab kecelakaan paling banyak ialah soal kantuk dan lelah.
“Kesalahan pengemudi, ngantuk, lelah. Kemudian faktor kendaraan, ban, rem, itu juga menonjol. Terutama ban, itu seringkali meledak,” ujarnya.
Untuk meminimalisir kecelakaan yang terjadi khususnya di musim mudik nanti, Iwan mengaku pihaknya telah menyiapkan sejumlah sarana keselamatan tambahan. Mulai dari penambahan rambu batas wilayah, rambu kecepatan, rambu menjelang rest area, hingga rambu awal masuk tol.
Selain itu, pemasangan rumble strip juga dilakukan di titik-titik sebelum rest area dan jalur utama.
“Untuk sarana keselamatan lainnya juga kita tambah warning light, LED biru, dan penambahan guardrail. Semoga ini agak ampuh ya,” katanya.
4. Titik Rawan Macet di Ruas Surabaya-Gempol
PT Jasa Marga (Persero) memperkirakan terdapat dua titik atau lokasi yang berpotensi menimbulkan kemacetan saat mudik Lebaran di ruas Tol Surabaya-Gempol.
General Manager (GM) Jasa Marga Cabang Surabaya-Gempol Bagus Cahya AB mengatakan dua titik tersebut yakni di Gerbang Tol (GT) Sidoarjo 2 dan GT Kejapanan. Bagus mengaku pihaknya telah menyiapkan strategi terkait kondisi tersebut.
“Apabila terjadi antrean panjang di GT Sidoarjo 2, maka arus lalu lintas dialihkan melalui GT Sidoarjo 1 bagi kendaraan yang menuju arah Porong,” jelasnya di Surabaya.
Untuk mengantisipasi kepadatan di GT Kejapanan Utama, lanjut Bagus, pihaknya berkoordinasi dengan Kepolisian akan melakukan pengaturan lalu lintas guna membagi beban transaksi, baik entrance maupun exit, melalui sistem buka/tutup.
Langkah lainnya ialah memfungsikan mobile reader untuk meningkatkan kapasitas transaksi.
Secara umum, kata Bagus, layanan transaksi yang dilakukan saat arus mudik tahun ini adalah menambah gardu operasi GT Kejapanan, GT Waru Utama, dan GT Sidoarjo 2, memanfaatkan 28 unit mobile reader, melayani top up tunai di tiga titik GT, dan menyediakan layanan gerak bekerja sama dengan bank terkait di Tempat Istirahat & Pelayanan (TIP) atau rest area.
Bagus juga mengatakan, sebagai bentuk pengaturan lalu lintas, pihaknya juga menghentikan pekerjaan proyek H-10 sampai H+10 untuk meminimalisir gangguan, mengatur waktu operasi angkutan barang oleh Kemenhub, menempatkan petugas di lokasi rawan kepadatan, dan meningkatkan kapasitas lajur dengan contraflow.
“Sementara itu, sarana penunjang yang disiapkan antara lain Variable Message Sign (VMS) sebanyak 12 unit, CCTV 60 unit, mobile VMS 1 unit,” tuturnya.
Sumber: Detik