Washington, rsa.or.id – Kecelakaan maut lalu lintas bukan sekadar tragedi perorangan, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, demikian menurut laporan baru Bank Dunia.

Ini adalah satu satu penelitian pertama yang menunjukkan bahwa berinvestasi untuk keselamatan di jalan raya di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah akan meningkatkan pendapatan nasional. Demikian VOA memberitakan, Jumat (12/1) lalu.

Sembilan puluh persen dari 1,25 juta kematian akibat kecelakaan lalu lintas setiap tahun di seluruh dunia terjadi di negara-negara berkembang.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kecelakaan lalu lintas sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia bagi orang-orang berusia antara 15 dan 29 tahun. Ini juga mencakup kecelakaan yang menewaskan para pejalan kaki, pengendara sepeda dan sepeda motor.

Tetapi isu ini tidak mendapat banyak perhatian dari pemerintah, kata pakar transportasi Bank Dunia, Dipan Bose.

“Tidak banyak kemauan politik di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk mengambil tindakan tegas guna mengurangi kematian dan cedera akibat kecelakaan di jalan,” ujarnya.

Bose, salah seorang penulis hasil penelitian yang berfokus pada lima negara: China, India, Thailand, Filipina dan Tanzania.

Para penulis menggunakan model-model ekonomi untuk memperkirakan apa yang diperoleh masing-masing negara dalam periode selama 24 tahun apabila mengurangi jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas hingga setengahnya. “Hasilnya cukup mengejutkan,” kata Bose.

Thailand akan mengalami kenaikan 22 persen pendapatan nasional. Angka yang tinggi pada pertumbuhan ekonomi dan kecelakaan lalu lintas di Thailand menunjukkan negara itu yang akan mendapat keuntungan terbesar bila mengurangi tingkat kecelakaan tersebut.

Tanzania akan mendapat kenaikan 7 persen dan negara-negara lainnya mendapat kenaikan di antara angka-angka perolehan Thailand dan Tanzania.

Bose mengatakan keuntungan ekonomi itu seharusnya tidak boleh diabaikan pemerintah. Laporan itu juga menunjukkan dari sisi ekonomi pentingnya mengambil tindakan kuat untuk meningkatkan keselamatan di jalan raya.

Bagaimana di Indonesia?

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, mengatakan kecelakaan lalu lintas di tahun 2016 adalah 105.374 kali. Sementara di tahun 2017 kecelakaan lalu lintas terjadi sebanyak 98.419 kali.

“Faktor manusia dan faktor kualitas kendaraan masih menjadi dua penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas,” kata Tito saat konferensi pers catatan akhir tahun Polri, di ruang Rupatama, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (29/12).

Tito mengatakan, penurunan jumlah tersebut berbanding lurus dengan jumlah korban tewas, luka berat, dan luka ringan dalam kecelakaan.

Di tahun 2017 tercatat 24.213 orang tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Sementara pada 2016 ada 25.859 korban tewas dalam kecelakaan lalu lintas, atau turun enam persen.

Untuk korban luka berat, pada tahun 2017 berjumlah 16.159 orang. Jumlah ini mengalami penurunan, karena di tahun 2016 korban luka berat mencapai 22.939 orang, atau mengalami penurunan sebanyak 29 persen.

“Faktor manusia seperti mengantuk atau ketidakcakapan pengemudi menjadi faktor utama penyebab kecelakaan sebanyak 35 persen. Faktor kedua ialah faktor kualitas kendaraan misalnya rem blong dengan persentase sebesar 31 persen,” jelas Tito seperti dikutip kumparan.com.

Faktor cuaca yang tak bersahabat maupun kondisi jalan yang tak memadai turut berpengaruh terjadinya kecelakaan lalu lintas. Faktor cuaca dan kondisi jalan sama-sama menyumbang 17 persen sebagai penyebab kecelakaan.

“Untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas adalah dengan memperbanyak tilang dan teguran terhadap terhadap pengendara yang dirasa ceroboh dan membahayakan. Termasuk kepada mereka yang melanggar rambu lalu lintas dan lampu merah,” kata dia. (*)

Sumber: aksi.id

About RSA Admin

RSA memfokuskan diri pada isu-isu pentingnya keselamatan jalan dengan menekankan ketaatan kepada peraturan lalu lintas, perilaku berkendara yang tepat dan standar minimum keterampilan berkendara.